Beranda » , » Bupati Sumedang Meninggal Saat Bertugas

Bupati Sumedang Meninggal Saat Bertugas

Sabtu, 02 November 2013 | 14.04

(SJO, SUMEDANG) - Bupati Endang Sukandar meninggal dunia, Sabtu (2/11) sekitar pukul 12.30. Endang meninggal setelah mengikuti acara adat hajat lembur Ngarot di Desa Karedok, Kecamatan Jatigede. Diduga Endang meninggal karena kecapaian sebab agenda kegiatan orang nomor satu di Sumedang ini sangat padat.

Sepulang kunjungan ke Belitung akhir Oktober, kemudian ke Jakarta, dan baru pulang dari PLTA Asahan di Medan, Jumat (1/11), setumpuk agenda dilahap politikus kelahiran 12 April 1949 ini.

Bupati yang baru dilantik 5 Juli 2013 atau baru menjabat 117 hari ini sempat diberi pertolongan dengan diberi oksigen. Melihat kondisi semakin kritis, Endang sempat dibawa naik motor roda tiga menuju jembatan gantung Sungai Cimanuk. Maklum, ke Desa Karedok itu tak bisa dilalui mobil dan hanya ada jembatan gantung yang bisa dilalui motor.

Endang datang ke Karedok untuk kegiatan adat ngaruat lembur Ngarot. Dalam kesempatan itu seperti biasa Bupati Endang ini selalu bernyanyi Cianjuran. Bahkan Endang juga larut bersama warga dan ikut ngibing atau berjoget di acara hajat lembur itu.

Seusai kegiatan, Endang sempat minta ke kamar kecil dan diantar oleh ajudannya. Namun keluar dari kamar mandi di rumah warga yang dijadikan persinggahan itu, tubuh Endang melemah dan pingsan. Bupati langsung dipegang oleh ajudan dan warga yang lain serta dibawa masuk ke dalam rumah.

Endang meninggal dunia dalam pelukan anggota DPRD Jabar Donny Ahmad Munir yang terus mendampingi saat kritis itu. Sebelumnya, Endang terlihat sehat dan sempat berguyon dengan beberapa pegawai, termasuk dengan Donny Ahmad Munir, yang ikut menyusul ke kegiatan hajat lembur itu. Bahkan Donny sempat mengatakan kalau kondisi Bupati Endang itu sangat kuat.

ENDANG Sukandar dikenal sebagai politikus yang liat serta licin dan malang melintang di Sumedang. Lahir dari keluarga tentara di tengah situasi pergolakan, dan cita-citanya yang terus menggebu menjadi seorang guru, Endang tumbuh menjadi sosok pribadi yang unik.

Perjalanan kariernya sebagai seorang PNS di Departemen Penerangan RI di Sumedang menorehkan warna di karier politik yang kemudian ia lakoni. Di antara kawan dan lawan-lawan politiknya, Kang Haji, begitu ia biasa disapa, dikenal sebagai politikus santun, liat, sekaligus licin, tapi selalu sportif.

Dedikasinya yang tinggi di bidang pendidikan ia tunjukkan dengan membuat sejumlah yayasan yang menjadi cikal bakal berdirinya sekolah, mulai tingkat SMA, SMK, hingga perguruan tinggi.

Di bidang politik, Endang adalah sosok sentral di balik kebangkitan Golkar di Sumedang pasca- reformasi. Sempat selama dua periode menjabat Sekretaris DPD Golkar Sumedang, karier Endang di partai ini terus berlanjut menjadi Ketua DPD dan menjadi Ketua Dewan Penasihat (Wanhat), juga dalam lebih dari satu periode.

Sebagai kader Golkar yang tangguh, ia pun sempat dipercaya menjadi anggota DPRD Jabar sebelum akhirnya di-recall karena dinilai menentang kebijakan partai dengan turut mencalonkan diri pada pilkada di Sumedang tahun 2008. Saat itu, DPD Tingkat I Golkar memutuskan mengusung Taufiq Gunawansyah, orang yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri, untuk menjadi calon wakil bupati mendampingi petahana Don Murdono dari PDI-P. Endang sendiri maju bersama PBB didampingi Dony Ahmad Munir, yang ketika itu menjadi Ketua DPC PPP Sumedang.

Akibatnya, selain di-recall, Endang dipecat dari keanggotaannya di Partai Golkar. Sesuatu yang tak sedetik pun pernah ia bayangkan akan terjadi setelah lebih dari 20 tahun mengabdi. "Selamanya saya adalah seorang kader Golkar. Sekejap pun tak pernah meninggalkannya. Saya keluar bukan karena memutuskan untuk keluar, melainkan dipecat, dikeluarkan!" kata Endang dalam sebuah kesempatan.

Setelah kekalahannya di Pilkada Sumedang 2008, beringin yang tangguh itu kini tegap berdiri di pintu Kabah. Ia terus berkiprah dalam "baju" barunya masuk ke PPP dan menjadi wakil rakyat di DPR RI untuk periode 2009-2014.

Pada Pilkada 2013, Endang maju menjadi calon bupati diusung PPP yang berkoalisi dengan Demokrat. Didampingi Wakil Bupati Ade Irawan dan dikepung tujuh calon bupati, Endang menang satu putaran dengan suara mencapai 37,1 persen.

Namun, takdir berkata lain, setelah menjadi bupati selama empat bulan atau persisnya 117 hari, Endang dipanggil Yang Mahakuasa. Banyak harapan warga Sumedang digantungkan ke sosok Endang yang merupakan orang Sumedang untuk membangun Sumedang lebih baik lagi.

Beberapa program dan gebrakannya dicanangkan dan mulai dieksekusi setelah penetapan perubahan APBD 2013. Salah satunya adalah membebaskan biaya sekolah di tingkat SLTA. (tim)

0 komentar:

Posting Komentar

INFO GEDUNG SATE

LIPUTAN KHUSUS

 
Media Group : Jabar Zone | Inohong
Copyright © 2010-2013. SJO NEWS - All Rights Reserved
Creating Website
Bandung Media Citra