(SJO, BANDUNG) - Sejumlah warga Graha Cempaka Arum menggelar doa bersama dan orasi menolak pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Gedebage yang berada dekat pemukimannya. Warga meminta DPRD dan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mengkaji kembali rencana pembangunan PLTSa yang akan berdampak buruk terhadap lingkungan.
Doa bersama dan orasi berlangsung di panggung kecil di tengah jalan Ruko Graha Cempaka Arum. Selain warga, hadir pula sejumlah penggiat lingkungan dari Wahana Lingkungan Hidup Jawa Barat (Walhi Jabar), DPKLTS, yang ikut mendukung penolakan pembangunan PLTSa. Orasi dilakukan bergiliran antara warga dan para penggiat lingkungan tersebut.
"Setelah tiga tahun vakum, kita mengawali perjuangan terkait adanya kecenderungan mayoritas anggota DPRD Kota Bandung yang menyetujui pembanguna PLTSa," kata Koordinator Aliansi Rakyat Tolak Pemaksaan, PLTSa di Pemukiman (ART-P2SP) Muhammad Tabroni saat ditemui "PRLM" di lokasi doa bersama, Minggu (8/9/2013).
Dia mengatakan, pemerintah seharusnya melakukan kajian komprehensif terkait nasib 2000 kk yang tinggal di dekat lokasi pembangunan PLTSa. "PLTSa berpotensi menebar bencana lingkungan dan nyawa manusia karena menggunkan incinerator (mesin pembakar sampah skala besar) yang mengganggu kesehatan dan menambah beban polusi Kota Bandung," tutur Tabroni.
Tak hanya itu, dari hasil pembakaran sampah melalui incinerator akan menghasilkan zat racun berupa diozon yang membahayakan sistem syaraf dan menyebabkan kanker bagi masyarakat. Tabroni mencontohkan, keberadaan PLTSa di Cina berdampak pada sebagian warga yang menderita penyakit syaraf otak karena polusi PLTSa. "Selain itu, pada Oktober 2009, puluhan ribu penduduk Pingwang, Provinsi Jiansu, Cina Selatan memprotes keberadaan PLTSa yang dekat pemukiman. Selama masa percobaan, penduduk Pingwang sudah merasakan bau busuk dan asap akibat keberadaan PLTSa," ujar Tabroni.
Hal senada disampaikan, Ramram Mansur Ramdani dari Forum RW Graha Cempaka Arum (GCA). Dia menyatakan, pembangunan PLTSa yang tepat di samping Stadion Gelora Bandung Lautan Api (BLA) akan merusak merusak kenyamanan dan mengancam keselamatan pemain dan bobotoh Persib Bandung. "Dapat dibayangkan bus pemain Persib dan rombongan Bobotoh akan beriringan dengan truk-truk pengakut sampah," ucapnya.
Kondisi tersebut, tutur Ramram, kontradiksi dengan keberadaan stadion yang membutuhkan udara segar. Nanti kebayang sampah, asap serta baunya pembakarannya mengganggu pertandingan.
Menurut dia, kejadian terganggunya pertandingan karena bau sampah pernah terjadi saat pertandingan persahabatan Persebaya dan klub Inggris Queens Park Ranger (QPR) pada 23 Juli 2012. "Bau sampah menyeruak ke seantero stadion karena berada di Kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo Surabaya," katanya.
Dikatakannya, dekata PLTSa Gedebage dengan pemukiman penduduk pun sangat kontras dengan keberadaan PLTSa negara lain. "Di Singapura, PLTSa berada di area industri, pinggir pantai dan jauh dari kota serta berjarak paling dekat 4-5 kilometer dengan pemukiman penduduk sekitar," tutur Ramram.
Di sisi lain, Ramram menambahkan, biaya pembangunan PLTSa Gedebage yang mencapai Rp 562 miliar pada akhirnya hanya membebani APBD. "Beban biaya jasa pengolahan (tipping fee) di luar biaya pengangkutan sampah yang akan dibebankan kepada wara sangat besar mencapai Rp 350.000 perton perhari. Apalagi, kita tahu bahwa perjanjjian berlaku selama 20 tahun dengan anggaran tiping fee senilai Rp 88,2 miliar," tambahnya.
Perang spanduk pro kontra PLTSa Gedebage terlihat dari jalan masuk Cimencrang hingga komplek Graha Cempaka Arum. Spanduk-spanduk bertuliskan "100 persen menolak PLTSa" serta "kami warga Griya Cempaka Arum tetap menolak pembangunann PLTSa, rapatkan barisan, galang kekuatan satuka suara terbentang di dalam area komplek. Sedangkan spanduk yang mendukung PLTSa dipasang di luar komplek Graha Cempaka Arum.(pro/w22)
Beranda »
Lingkungan
» Warga Tolak Pembangunan PLTSa Gedebage
Warga Tolak Pembangunan PLTSa Gedebage
Minggu, 08 September 2013 | 13.38
Baca Juga
0 komentar:
Posting Komentar