(SJO, BANDUNG) Hari ini Wakil Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI) Prof. Dr. Aim Abdulkarim, MPd. secara resmi melantik pengurus IKA UPI Komisariat Kabupaten Bandung, Komisariat Kabupaten Bandung Barat (KBB), Komisariat Kota Bandung, dan Komisariat Kota Cimahi di kampus SMA Negeri 1 Cisarua, Cisarua, KBB. Pelantikan dirangkaikan dengan Workshop Impelentasi Kurikulum 2013 Bagi Guru se-Bandung Raya yang diikuti sedikitnya 200 peserta, Sabtu (30/11
).
Ketua Panitia Pelantikan dan Workshop Najip Hendra SP menjelaskan, pelantikan diwakili pengurus harian masing-masing komisariat. Pelantikan berlangsung khidmat disaksikan ratusan guru, pejabat Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga KBB, pengurus pusat IKA UPI, dan serta undangan lain. Selanjutnya, seluruh pengurus mengikuti kuliah umum bertajuk “Peran Lembaga Legislatif dalam Kebijakan Pendidikan” dengan pembicara anggota DPRD Jabar sekaligus salah Ketua IKA UPI Maman Abdurrachman.
“Pelantikan IKA UPI hari ini merupakan langkah awal konsolidasi alumni UPI yang tersebar di Jawa Barat, khususnya Bandung Raya. Kegiatan ini akan dilanjutkan dengan rapat kerja dan perumusan program strategis di masing-masing komisariat. Kami berharap alumni UPI mampu lebih berperan dalam pembangunan pendidikan di masing-masing wilayah. Selama ini banyak kebijakan pendidikan yang telah menyimpang dari ruh dan cita-cita pendidikan itu sendiri,” tandas Najip.
Lebih jauh Najip menjelaskan, potensi alumni UPI tersebar di seluruh daerah di Jawa Barat maupun Banten. Bahkan, sebagian kecil di antaranya berhasil membangun eksistensi di daerah lain maupun nasional. Sebut saja misalnya Sekretaris Jenderal Kementerian Agama Bahrul Hayat, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Rachmat Wahab, dan penguasaha Mien R Uno. Sayangnya, sambung Najip, peran-peran alumni secara kelembagaan belum banyak berkiprah dalam pemberdayaan alumni secara keseluruhan.
Karena itu, Najip berharap pelantikan yang kemudian diikuti dengan konsolidasi diharapkan mampu menjadi momentum kebangkitan kiprah alumni UPI di berbagai medan. Aktivis media dan kependudukan ini optimistis apapaun peran yang dijalankan alumni UPI akan senantiasa menjadikan pendidikan sebagai ruh perjuangan. Dengan begitu, peran pendidikan mampu ditransformasikan dalam berbagai dimensi kehidupan.
Guru Ramai-ramai Kritik Silabus Kurikulum 2013
Di bagian lain, ratusan guru tampak antusias mengikuti workshop Kurikulum 2013 yang menghadirkan narasumber Prof. Dr. Aim Abdulkarim, MPd. dan Dr. Nahadi, MPd., MSi. Aim lebih banyak membedah Kurikulum 2013 secara makro, sementara Nahadi mengoperasionalisasi di level pembelajaran. Nahadi yang merupakan instruksutur sekaligus pengelola program lesson study menunjukkan sejumlah masalah pembelajaran yang kerap muncul di dalam kelas. Nahadi juga mengajak guru berdiskusi intensif dalam empat kelompok satuan pendidikan dan mata pelajaran.
“Apapun kurikulumnya, bagaimana pun kualitas sarana pendidikannya, intinya ada pada pembelajaran. Pembelajaran itu sendiri membutuhkan perencanaan secara matang dengan memperhatikan segala aspek di dalamnya, terutama siswa. Tujuan pembelajaran adalah bagaimana siswa menyukai cara mengajar kita, mengerti pelajaran kita, dan mengukai pelajaran kita,” papar Nahadi.
Nahadi mencontohkan, saat ini masih banyak guru mengajar dengan menjadikan dirinya sebagai pusat pembelajaran. Padahal, siswa atau murid yang seharusnya menjadi objek sekaligus subjek belajar. Ukurannya terletak pada bagaimana siswa memahami, bukan bagaimanaperformance guru mengajar. Paradigma saat ini, kata Nahadi, adalah student-centered, bukan teacher-centered. Untuk itu, guru perlu merencakaan pembelajaran yang mampu menjadikan siswa belajar optimal dan berkualitas.
Karena guru yang bersakutan yang mengetahui kondisi belajar siswa, maka perencanaan pembelajaran pun harus dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Dia lantas meminta guru mencermati silabus yang menjadi satu kesatuan dari Kurikulum 2013. Guru diminta mengkritisi apa yang salah atau keliru dalam dokumen tersebut. Hasilnya, empat kelompok guru peserta workshop menemukan sejumlah kesalahan alur belajar, metode penilaian, dan pendekatan belajar. Mereka pun beramai-ramai mengkritik silabus made in Jakarta tersebut.
“Ini menunjukkan bahwa apa yang direncanakan di satu tempat dengan tempat lainnya tidak selalu relevan. Silabus sebenarnya tidak bisa dibuat oleh orang lain, tapi harus dibuat oleh Bapak/Ibu sendiri yang mengetahui kondisi belajar siswa. Silabus bukan barang jadi, kita harus memverifikasinya sebelum digunakan. Sebaiknya tidak menggunakan apa yang dibuat orang lain untuk kelas kita,” Nahadi menegaskan.(NJP)
IKA UPI Gelar Workshop Impelemtasi Kurikulum 2013 Bagi Guru
Senin, 02 Desember 2013 | 02.55
Baca Juga
0 komentar:
Posting Komentar